My Baby Blog

Berita dan cerita anak-anak

Asah Kreativitas Anak dengan Media Khusus


MENGASAH kreativitas anak bisa dilakukan dengan berbagai hal. Mulai dari permainan yang merangsang sensor motoriknya, hingga bereksperimen dengan sesuatu hal yang kreatif melalui media khusus yang mendukungnya.

Memupuk kreativitas anak tidak harus melalui media-media biasa, seperti kertas atau kanvas. Presenter Dik Doank sering melakukan eksperimen kreatifnya dengan media perantara lain, seperti sangkar burung, kaca, dan tembok.

Pria yang dikenal sangat dekat dengan dunia anak-anak itu memaparkan, pendidikan yang mendukung kreativitas anak sangat penting, sehingga kelak anak-anak tersebut dapat menjadi penerus bangsa yang akan membuatnya jadi besar.

“Karena melalui kreativitas itu lah anak-anak secara tidak langsung dididik sebagai pencipta dan penemu, bukan penjiplak atau peniru. Dari karakter kreatif pada anak-anak itu lah, maka akan lahir anak yang respek pada apapun,” kata Dik Doank saat peluncuran Oops Olezzo di Hongkong Cafe, Thamrin, Jakarta, Kamis (8/4/2010).

Begitu pentingnya kreativitas bagi anak-anak, maka saat ini banyak dikembangkan teknik-teknik dalam menstimulus kreativitas anak. Dik Doank pun sering menggunakan beberapa teknik dalam mencari kreativitas ataupun menularkan kreativitas tersebut kepada orang-orang di sekitarnya.

“Teknik brainstroming (kegiatan yang mendorong timbulnya banyak ide), menggunakan suasana rileks dan menyenangkan dalam menggali ide, dan menggunakan imajinasi (membayangkan apa yang belum terjadi, telah terjadi saat ini) adalah teknik-teknik yang efektif untuk membuat anak dapat memunculkan ide-ide kreatifnya,” jelas pemilik sekolah sekaligus salah seorang pengajar tetap dari sekolah Kandank Jurang Doank (KJD).

Lewat kreativitas tinggi, maka seorang anak bisa memeroleh kecerdasan. Tidak lagi pintar. Sebab, stigma pintar di dunia pendidikan diperoleh dengan tolak ukur mendapatkan nilai baik, nilai tinggi, dan unggul di antara teman lainnya. Padahal, menurut pandangan Dik Doank, anak pintar, belum tentu cerdas. Lain halnya dengan anak yang cerdas.

“Orang cerdas memiliki nilai bagi sekitarnya. Orang yang pintar masih menceritakan tentang nilai dirinya. Sedangkan orang cerdas tidak berbicara mengenai dirinya sendiri lagi, namun beramsimilasi terhadapa kondisi dan lingkungan,” tandas pria yang akrab dipanggil om ganteng dengan murid-muridnya, tersenyum ramah.(Okezone.com)

Leave a comment